
Perbedaan Terdakwa, Tersangka, Dan Terpidana
PERBEDAAN TERDAKWA, TERSANGKA, DAN
TERPIDANA
Muhammad Raihan Nugraha
Tersangka
Merujuk
pada Pasal 1 angka 14 KUHAP jo. Putusan MK Nomor 21/PUU-XII/2014, yang dimaksud
dengan tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Penetapan
tersangka sendiri merupakan salah satu kegiatan dari penyidikan tindak pidana.
Adapun yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Dalam
menetapkan seorang tersangka, harus didasarkan dengan paling sedikit 2 alat
bukti yang didukung barang bukti dan dilaksanakan melalui mekanisme gelar
perkara, kecuali tertangkap tangan.
Berkaitan
dengan alat bukti, Pasal 184 ayat (1) KUHAP mengatur tentang alat bukti yang
sah dalam hukum acara pidana, yang bunyinya sebagai berikut:
Alat bukti yang sah ialah:
a.
keterangan saksi;
b.
keterangan ahli;
c.
surat;
d.
petunjuk;
e.
keterangan terdakwa
Penjelasan
selengkapnya mengenai masing-masing alat bukti dapat Anda baca dalam artikel
Alat Bukti Sah Menurut Pasal 184 KUHAP.
Kemudian,
perlu diperhatikan juga hak privilege yan dimiliki tersangka adalah
perlindungan dari stigmatisasi praduga bersalah oleh “praduga tak bersalah”
(presumption of innocence), artinya setiap orang yang disangka, ditangkap,
ditahan, dituntut atau dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap
tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya
dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Terdakwa
Selanjutnya,
pengertian terdakwa tercantum dalam Pasal 1 angka 15 KUHAP, yaitu terdakwa
adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan.
Menurut
Adam Ilyas dalam bukunya yang berjudul Hukum
Acara Pidana Dari Penyelidikan Hingga Eksekusi Putusan (hal. 58-59), dari
definisi Pasal 1 angka 15 KUHAP dapat dipahami bahwa seorang terdakwa pastilah
seorang tersangka yang kemudian menjadi terdakwa karena perkaranya dilimpahkan
ke pengadilan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdakwa adalah
seseorang yang sedang diadili di pengadilan dengan tuduhan atas suatu perkara
pidana.
Jika
dibandingkan dengan tersangka, terdakwa merupakan status yang lebih tinggi
dibandingkan dari tersangka. Setelah seseorang berstatus sebagai tersangka,
apabila ditemukan bukti lebih lanjut mengenai dugaan terhadap tindak pidana,
maka akan ditetapkan sebagai terdakwa. Kemudian berkas perkara penyelidikan
yang telah lengkap menjadi bahan untuk memulai sidang di pengadilan.
Terpidana
Selain
terdakwa dan tersangka, terdapat juga istilah terpidana. Berdasarkan Pasal 1
angka 32 KUHAP, terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Adam
Ilyas dalam buku yang sama memberikan penjelasan bahwa, jika sebelumnya,
seorang tersangka yang perkaranya dilimpahkan pengadilan disebut terdakwa. Maka
saat ini, setelah perkara yang bersangkutan telah diputus dan terdakwa atau
penuntut umum tidak menempuh upaya hukum apa pun hingga putusannya berkekuatan
hukum tetap, ia akan menjadi seorang terpidana (hal. 60).
Adapun
yang dimaksud dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap adalah
putusan pengadilan pertama yang tidak diajukan banding atau kasasi, putusan
pengadilan yang memutus perkara pidana pada tingkat banding yang tidak
mengajukan kasasi, atau putusan kasasi.
Kesimpulannya,
perbedaan tersangka, terdakwa dan terpidana terletak pada tahapannya dalam
penyelesaian perkara pidana. Penyebutan tersangka terdapat pada tahapan
penyidikan, dimana seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Selanjutnya, jika tersangka perkaranya dilimpahkan ke pengadilan, maka ia
menjadi terdakwa. Dalam arti lain, terdakwa adalah seseorang yang sedang
diadili di pengadilan dengan tuduhan atas suatu perkara pidana. Kemudian, jika
seorang terdakwa telah diputus perkaranya dan putusannya berkekuatan hukum
tetap, maka ia akan menjadi seorang terpidana.
Hak Tersangka, Terdakwa, dan
Terpidana
Sebagai
informasi, baik seorang tersangka maupun terdakwa mempunyai hak-hak yang harus
dipenuhi. Andi Hamzah dalam bukunya Hukum
Acara Pidana di Indonesia (hal. 69-70) menjelaskan bahwa KUHAP memberikan
seperangkat hak-hak kepada tersangka atau terdakwa, antara lain:
1. Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan,
dan diadili (Pasal 50 ayat (1), (2), dan (3));
2. Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan (Pasal
51 butir a dan b);
3. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada
penyidik dan hakim (Pasal 52);
4. Hak untuk mendapat juru bahasa (Pasal 53 ayat (1));
5. Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat
pemeriksaan (Pasal 54); dan lain-lain.
Hak-hak
tersangka dan terdakwa selengkapnya dapat Anda temukan dalam Pasal 50 s.d.
Pasal 68 KUHAP.
Kemudian,
mengutip artikel Hak-hak Tersangka, Terdakwa, dan Terpidana, pada saat
menjalani hukuman, terpidana memperoleh hak-hak yang serupa seperti
tersangka/terdakwa yang sedang dalam penahanan.
Selain
itu, terpidana juga berhak untuk:
1. Mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung.
2. Menuntut ganti kerugian karena diadili tanpa alasan
yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan.